Mengenal Kalam (الكلام)
Mengenal Dasar-Dasar Ucapan Bermakna dalam Bahasa Arab
Mukadimah
Bismillah walhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang mengajarkan manusia ilmu bahasa dan membukakan pintu pemahaman melalui kata-kata. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, sang penyampai risalah dengan bahasa yang paling fasih, paling sempurna.
Dengan memulai rangkaian ini dari kata pertama dalam matan Al-Ajurrumiyyah, kita akan memasuki dunia nahwu dari pintu yang benar: mengenal “kalam”.
Matan Al-Ajurrumiyyah membuka pembahasannya dengan kalimat:
الكلامُ: هو اللفظُ المُرَكَّبُ المُفيدُ بالوَضْع
“Kalam adalah lafadz yang tersusun, yang memiliki faedah (memahamkan) bagi orang yang diajak bicara, serta dilakukan secara sadar (disengaja)“.
Inilah definisi kalam, titik awal dari seluruh bangunan ilmu nahwu. Tanpa memahami makna kalam, seseorang tidak akan bisa membedakan mana yang termasuk kalimat dalam tata bahasa Arab, dan mana yang bukan.
1. Apa Itu Kalam?
Dalam ilmu nahwu, “kalam” tidak sekadar berarti kalimat seperti dalam bahasa Indonesia. Secara terminologis (istilah ilmu nahwu), kalam adalah:
اللفظُ المُرَكَّبُ المُفيدُ بالوَضْع
Mari kita jabarkan pengertian ini kata demi kata:
a. اللفظُ (al-lafzh):
Lafazh adalah suara yang keluar dari mulut manusia dan bisa didengar. Maka, tulisan, isyarat tangan, atau pikiran dalam hati tidak disebut lafzh secara nahwu.
Contoh:
- Kata “قَرَأَ” (dia telah membaca) adalah lafzh karena berupa suara yang bisa diucapkan.
- Tulisan “قرأ” di papan tulis bukan lafzh, karena tidak bersuara.
- Mengisyaratkan dengan tangan juga bukan lafzh, karena tanpa suara.
b. المُرَكَّبُ (al-murakkab):
Artinya tersusun, yakni terdiri dari dua kata atau lebih. Jika hanya satu kata, seperti “محمد” (Muhammad), maka belum disebut kalam.
Contoh:
- “جاء محمدٌ” (Muhammad telah datang) → tersusun dari dua kata → murakkab.
- “الطالب” (murid) saja → belum disebut murakkab.
c. المُفيدُ (al-mufid):
Artinya memberi faedah atau makna sempurna, yaitu dapat dipahami maksudnya oleh pendengar.
Contoh:
- “دخل المعلمُ” (Guru telah masuk) → memberikan makna sempurna.
- “إذا حضر المعلمُ…” (Jika guru hadir…) → belum memberi makna sempurna → bukan kalam, karena masih menggantung dan menimbulkan pertanyaan: lalu apa yang terjadi jika guru hadir?
d. بالوَضْع (bil-wad’):
Maknanya adalah menggunakan sistem Bahasa Arab yang dikenal dalam percakapan orang Arab.
Maksudnya, meskipun satu ungkapan terdengar dan terdiri dari beberapa kata serta memberi makna, jika bukan dari struktur bahasa Arab, maka tidak disebut kalam dalam ilmu nahwu.
Contoh:
- “This is a book” – bukan kalam dalam bahasa Arab, karena bukan sesuai dengan wad’ lughawi Arab.
- “هٰذا كتابٌ” – adalah kalam, karena lafzh, murakkab, mufid, dan sesuai dengan Bahasa Arab.
2. Kesimpulan Definisi Kalam
Jadi, agar suatu ungkapan dianggap sebagai kalam dalam ilmu nahwu, ia harus memenuhi empat syarat:
| Kriteria | Penjelasan Singkat |
|---|---|
| Lafzh | Suara yang diucapkan, bukan tulisan atau isyarat |
| Murakkab | Tersusun dari dua kata atau lebih |
| Mufid | Mengandung makna yang utuh, tidak menggantung |
| Bil-wadh’ | Sesuai dengan struktur dan aturan Bahasa Arab |
Contoh kalam:
- “ذهب الطالبُ إلى المدرسةِ” (Siswa pergi ke sekolah)
✔ Lafzh
✔ Murakkab
✔ Mufid
✔ Bil-wadh’
✅ Maka ini adalah kalam.
Contoh bukan kalam:
- “إنْ جاء…” (Jika dia datang…)
❌ Mufid → maknanya belum lengkap → bukan kalam
3. Perbedaan Kalam dalam Ilmu Nahwu vs Ilmu Balaghah
Dalam ilmu balaghah (seni bahasa Arab), istilah kalam bisa lebih luas, termasuk kalimat indah, susunan majaz, dan retorika. Tapi dalam ilmu nahwu, maknanya spesifik dan teknis, sesuai syarat-syarat di atas.
4. Contoh-Contoh Kalam dari Al-Qur’an
Salah satu cara terbaik memahami kalam adalah dengan melihat langsung dari sumber utama Bahasa Arab, yaitu Al-Qur’an. Berikut beberapa contoh:
a. “الحمدُ للهِ ربِّ العالمين”
(Al-Fatihah: 2)
Artinya: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
✔ Lafzh
✔ Murakkab
✔ Mufid
✔ Bil-wadh’
✅ Ini adalah kalam
b. “قل هو الله أحد”
(Al-Ikhlas: 1)
Artinya: Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Maha Esa
✔ Semua syarat terpenuhi
✅ Ini adalah kalam
5. Contoh-Contoh dari Kehidupan Sehari-Hari
| Kalimat Arab | Arti | Kalam? |
|---|---|---|
| “الولدُ يكتبُ“ | Anak laki-laki sedang menulis | ✔ |
| “في البيتِ“ | Di dalam rumah (tanpa fi’il) | ❌ |
| “أحمدُ“ | Ahmad (saja) | ❌ |
| “ذهب المعلمُ إلى الصفِّ“ | Guru pergi ke kelas | ✔ |
6. Perbedaan Kalam dan Kalimat
Dalam Bahasa Arab, ada istilah lain yaitu jumlah (جملة) yang sering diartikan sebagai “kalimat”. Kadang orang menyamakan antara kalam dan jumlah, tapi dalam konteks ilmu nahwu:
- Semua kalam adalah jumlah.
- Tapi tidak semua jumlah adalah kalam, karena bisa jadi belum mufid.
Contoh:
- “إذا حضر زيد” = jumlah, tapi belum mufid → bukan kalam.
7. Manfaat Memahami Kalam Sejak Awal
Mengapa penting memahami definisi kalam secara tepat di awal belajar nahwu?
- Menjadi dasar memahami seluruh kaidah selanjutnya.
- Membedakan antara ucapan yang memiliki makna lengkap dan yang tidak.
- Melatih berpikir struktur kalimat Arab dengan benar.
- Menjadi fondasi untuk memahami pembagian kalam: isim, fi’il, dan huruf (yang akan dibahas pada artikel berikutnya).
8. Latihan dan Tugas Mandiri
Berikut beberapa latihan untuk menguji pemahaman Anda:
A. Mana yang termasuk kalam? Beri tanda ✔ atau ✖
| Kalimat | ✔/✖ |
|---|---|
| “جلس الطالبُ” | |
| “في المسجدِ” | |
| “محمدٌ” | |
| “سافر الوالدُ إلى مكةَ” | |
| “إن جاء زيد…” |
B. Lengkapi kalimat yang belum mufid agar menjadi kalam:
- “إذا ذهبتَ إلى السوقِ…”
- “من البيتِ…”
Penutup
Demikianlah pembahasan kita tentang definisi kalam dalam ilmu nahwu berdasarkan kitab Al-Ajurrumiyyah. Meski terlihat sederhana, namun memahami kalam dengan benar akan memudahkan pembahasan seluruh kaidah selanjutnya.
Kita telah mengenal empat syarat utama kalam: lafzh, murakkab, mufid, dan bil-wadh’. Dengan ini, kita bisa mulai membedakan mana susunan kata yang sah disebut kalimat dalam ilmu Bahasa Arab dan mana yang belum memenuhi syarat.